Kamis, 12 Mei 2011

cinta seorang ayah


Aku seorang dokter  yang berkerja di rumah sakit ** Jakarta..
Malam ini aku masih berada di ruang suster,lantai 7..masih ada satu pasien lagi yang harus aku periksa malam ini..
Jam sudah menunjukan pukul 21.30,aku segera menuju kamar 709a..
Pasien yang dirawat dikamar itu bernama pak suwiryo berumur 55 tahun..
Baru sore tadi pak suwiryo masuk rumah sakit ini karena serangan jantung..
Sesampainya di kamar itu aku mulai memeriksa pak suwiryo..
Stletoskop ku tekan ke dadanya sambil ku dengarkan alur nafasnya..
Detak jantungnya tidak teratur.. kadang pelan,kadang cepat bahkan terlalu cepat..
Saat ku memegang bahunya pak suwiryo membisikan sesuatu padaku..
“dok maukah kamu?”
Lalu nafasnya mulai melambat..langsung aku menambahkan oksigennya menjadi 8 litter per menit..
Lalu dia mulai melanjutkan omongannya..
“maukah kau Bantu saya menghubungi anak saya”
“iya pak saya akan segera menghubungin anak bapak”
“bisakah membuatnya untuk datang kesini lebih cepat,.dia satu satunya keluarga yang saya punya”dengan suara melemas pak suwiryo berbicara..
“saya akan berusaha secepatnya pak”

Lalu aku rapihkan selimut pasien itu dankeluar dari kamar itu..
Tapi saat ku ingin menutup pintu,,tiba-tiba pak suwiryo meminta sesuatu
“dok bolehkah saya meminta selembar kertas dan sebuah pen?”
Lalu aku berikan bapak itu selembar kertas kuning dan sebuah pen yang ku ambi dari saku jas ku..
Langsung segera ku pergi menuju ke ruang suster untuk mencari dokumen  pak suwiryo..
Aku menemukan satu nomer yang bisa ku hubungi

Suara telfon sudah tersambung,lalu seseorang  mengangkatnya dari sebrang sana..
“saya dokter.selvi riyanti dari rumahsakit ** Jakarta.bapak suwiryosore ini masuk rumah sakit karna terserang penyakit jantung..apakah anda bisa segera kesini untuk sekedar menengoknya?”
“saya akan segera ke sana dok..tolong tangani ayah saya dengan baik”
“iya saya akan merawatnya,disini keadaan ayah anda masih stabil”
“dok jangan biarkan dia meninggal”suaranya terdengar sedang menangis
“dok tolong Bantu ayah saya untuk hidup.beberapa bulan ini saya  tidak bicara apalagi ketemu,,karna terakhir saya bertemu ayah saya,kita bertengkar hebat.hanya karna pacar saya,dan saya kabur dari rumah. Dan yang paling membuat saya bersalah, kata terakhir yang saya katakan padanya kalau saya membenci dia,,sesungguhnya tidak seperi itu.”
“saya akan segera kesana 30 menit lagi tolong terus perhatikan ayah saya”

Dalam hati ku berkata..
Ya tuhan, maafkan kata-kata anak itu,sesungguhnya dia tak benar-benar membenci ayahnya.tolong berikan kesempatan dia untuk memeluk ayahnya dan meminta maaf pada ayahnya.

Aku segera lari menuju kamar 709a. sesaat  tubuhku beku di depan pintu kamar 709a.
Tubuh bapak itu sudah tergolek tak berdaya.aku mencoba memeriksa denyut nadinya tapi aku tidak merasakan sedikitpun detakan denyut nadinya..
Tubuhku melemas fikiran ku buntu. Secara reflek aku mencoba untuk memberikannya nafas buatan..

2 kali kucoba memberikan nafas buatan tak juga ada perubahan. Tak tinggal diam kulanjutkan dengan memompa jantungnya. Tapi tak juga berpengaruh besar.
Aku baru sadar disudut kamar itu ada alat pemasu detak jantung.lalu kucoba tempelkan alat itu tepat didadanya.. tubuhnya ku setrumkan dan terloncat sedikit.
Tapi apalagi yang bisa kulakukan dia benar benar sudah tak bernyawa.

Ku pencet tombol merah di samping ranjang pasien dan beberapa menit kemudian suster dating. Tubuhku melemas dan perlahan ku mundur. Tubuh pak suwiryo sekarang sudah ditutupi selimut hingga mukanya juga ssudah tertutup.
Aku sadar ternyata Janie anak pak suwiryo sudah berada di depan pintu kamar ini. Aku menatap Janie dengan penuh kecewa. Aku sudah lali seharusnya aku lebih cepat kembali kekamar ini pasti Janie masih bisa melihat ayahnya hidup.

Aku merangkul Janie dan berbisik “maafkan saya” Janie hanya terdiam dan perlahan dia mendekati ranjang pasien. Dia duduk tepat disamping ayahnya. Lalu dia nangis dan menenggelamkan mukanya di selimut  yang menutupi tubuh ayahnya..

Dia tersadar ada secarik kertas yang terselip di selimut ayahnya.. kertas kuning yang tadi aku berikan pada pak suwiryo. Pak suwiryo menulis surat untuk Janie..

“Janie ayah sudah memaafkan mu. Ayah sayang sama kamu, ayah juga minta maaf kalau ayah gak bisa membuat mu bahagia.janie ayah mau kamu bahagia ayah sayang kamu Janie.
Love Janie”

Janie mengusap air matanya dan menatap sebuah bintang diluar sana melalui jendela kamar. Dia tersenyum menatap bintang itu. Dia berharap bintan yang peling terang itu adalah ayahnya.
Dan Janie berkata “Janie sayang ayah”
                                       **THE END** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar